Makassar (ANTARA Sulsel) - Raja Lampung Brigjen Pol Drs Edward Syah SH MH menyatakan kebesaran Kerajaan Gowa melalui Raja Gowa ke-37 kembali menunjukkan contoh ahlak dan keberadaban yang sangat baik tanpa melakukan hal buruk sekalipun bertentangan dengan sikap Pemerintah Kabupaten Gowa.
Kalangan keluarga keturunan dan kerabat Raja Gowa tidak timbulkan permusuhan walaupun tidak diberi tempat atau tidak diizinkan melakukan prosesi pengukuhan penobatan Raja Gowa ke-37 di Istananya sendiri "Balla Lompoa" di Sungguminasa, Gowa, Sulawesi Selatan.
Hal itu dikemukakan Raja Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Lampung Barat yang bergelar Sultan Sekala Brak XXIII Brigjen Pol Edward Ssyah mewakili Raja se-Nusantara saat resepsi pengukuhan penobatan Raja Gowa ke-37 I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II serta pengukuhan Lembaga Adat Daerah yakni Dewan Adat dan Pemangku Adat dari Kerajaan Adat Gowa di salah satu hotel internasional di Makassar, Minggu.
"Sebagai Kerajaan Adat, kita tidak inginkan perselisihan yang panjang, melainkan kita inginkan perdamaian yang panjang, karena kita adalah pilar persatuan Indonesia," kata Raja Lampung.
Menurut Sultan Sekala Brak XXIII Edward Syah, Raja Gowa ke-37 pengukuhan penobatan sebagai Raja sudah sah karena sudah memakai semua perangkar Raja yaitu Salokoa (mahkota emas murni seberat 2,5 kilogram), Sudanga (Pedang sakti), Keris Pusaka dan Ponto Jangang Jangang (gelang raja). Semoga pengukuhan ini amanah.
Raja Gowa ke-37 I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II mengatakan acara pengukuhan di Balla Lompoa tidak memperoleh izin pemerintah setempat dan Istana Balla Lompoa sejak 25 sampai 30 Mei digunakan Bintek oleh 1.000-an Satuan Polisi Pamong Praja.
Prosesi adat tradisional tetap harus dilakukan, ujarnya dan melanjutkan dengan bantuan Allah, 28 Mei pukul 16.00 Wita dirinya dan Dewan serta Pemangku Adat dalam jumlah sangat terbatas berhasil masuk ke Balla Lompoa tanpa diketahui dan tanpa terlihat 1.000-an Satpol PP yang berjaga.
Lalu, lanjutnya, pengukuhan penobatan berdasarkan kesepakatan keluarga kerajaan 16 April 2016 serta surat keputusan Lembaga Adat dilakukan jam 20.00 Wita dengan pemasangan Mahkota Salokoa, Pedang Sakti, Keris Pusaka serta Gelang Kerajaan. setelah prosesi selesai, rombongan meninggalkan Balla Lompoa juga tanpa sepengetahuan dan tanpa terlihat Satpol PP tersebut, sehingga terhindar dari bentrokan fisik.
Semua foto prosesi pengukuhan penobatan ditayangkan pada layar besar saat resepsi pengukuhan penobatan raja serta dewan dan pemangku adat Kerajaan Adat Gowa.
Kerajaan Gowa adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara dan sejarah telah mencatat ketangguhannya dalam berperang melawan penjajah, namun zaman sekarang sudah berbeda, kerajaan adat adalah pilar perdamaian dan kami akan memberi contoh peradaban yang benar dari kearifan lokal kepada masyarakat dan pemerintah, ujar Patta Nyonri, panggilan akrab Raja Gowa ke-37.
Kebesaran Kerajaan Gowa dahulu dibenarkan Raja Lampung Edward Syah yang mengatakan Raja Gowa Sultan Hasanuddin diberi gelar pada zaman penjajah sebagai "Ayam Jantan dari Timur".
Dari timur itu, maksudnya dari dunia bagian timur, bukan Indonesia timur, sebab saat itu belum ada Indonesia, sekaligus membuktikan ketangguhan Sultan Hasanuddin di mata Belanda.
Menurut salah seorang kerabat Kerajaan Adat Gowa, Ugi Andi Tau, disharmonis antara Bupati Gowa dan Kerajaan Adat Gowa terjadi setelah pihak kerajaan menolak salah satu pasal rancangan Perda Lembaga Adat Daerah yang akan menjadikan secara otomatis Bupati Gowa menjadi Raja Gowa.
Sebab umum mengetahui, Raja hanyalah keturunan raja (bangsawan) bukan karena penguasa lalu otomatis menjadi raja, ujarnya, sehingga semua kegiatan kerajaan adat Gowa mendapat hambatan termasuk pemakaian Istana Balla Lompoa untuk pengukuhan penobatan Raja tidak diizinkan, padahal bangunan istana maupun tanah tempat bangunan tersebut adalah tanah keluarga kerajaan dan dibangun oleh kerajaan, sehingga harusnya kerajaan memiliki hak atas rumahnya sendiri.
Namun dengan kearifan yang tinggi serta peradaban yang baik, kami alihkan secara mendadak resepsi pengukuhan penobatan ke Hotel di Makassar dan hanya menggunakan prosesi disesuaikan ruangan hotel seperti mengantar raja dengan payung kebesaran yang didampingi pasukan tradisional dengan badik terhunus masuk ke tempat acara.
Selain kerajaan nusantara, hadir pula utusan kerajaan dari Singapura, Raja Singapura Tengku Sawal, Mantan Gubernur Sulsel, Mayjen (Purn) HM Amin Syam, perwakilan Kerajaan Datuk Soppeng Dr Ir Majdah M Zain Agus Arifin Nu`mang, Raja Pakualaman Yogyakarta Prabu Suryodilogo dan para raja-raja dan Sultan se-Sulselbar.
Berita Terkait
Bupati Gowa melepas 642 calon haji saat bimbingan manasik
Senin, 22 April 2024 22:57 Wib
Unhas bersama USAID meresmikan Maker Innovation Space
Senin, 22 April 2024 22:57 Wib
PMI Gowa menggelar bakti sosial donor darah untuk jaga stok
Senin, 22 April 2024 21:34 Wib
Pemkab Gowa menanam 8.000 pohon di tiga titik peringati Hari Bumi 2024
Senin, 22 April 2024 20:33 Wib
Polres Gowa membekuk pelaku penipuan arisan bodong
Jumat, 19 April 2024 18:01 Wib
Kapolda Sulsel meresmikan revitalisasi kompleks makam kerajaan di Gowa
Rabu, 17 April 2024 22:35 Wib
Pemkab Gowa berharap kerja sama dengan Divisi 3 Kostrad Pakatto terus terjalin
Rabu, 17 April 2024 22:34 Wib
Pj Gubernur Sulsel: Kawasan Makam Raja Gowa memiliki potensi wisata
Rabu, 17 April 2024 21:08 Wib