Menjadi BUMN pertama yang bergelar multinational corporation tidak membuat manajemen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berhenti melangkah, mereka malahan memperluas visi dengan mimpi besarnya untuk menjadi World Class Engineering Company.
Mantan Menteri BUMN Sugiharto dalam buku "Road to Semen Indonesia" karangan Dwi Soetjipto menilai aksi korporasi Semen Gresik melalui akuisisi PT Than Long Cement adalah salah satu bukti Semen Gresik sedang berupaya menempatkan dirinya sejajar sebagai perusahaan semen kelas dunia.
Belajar dari sejarah korporasi pertambangan di dunia, mimpi menjadi World Class Company bukanlah sebuah utopia namun tugas manajemen untuk mewujudkannya menjadi realitas, sebagaimana dikatakan Ketua The Leadership Institute di University of Southern California, Warren G Bennis, leadership is the capacity to translate vision into reality.
Masyarakat sudah lama mengenal perusahaan kelas dunia seperti PT Newmont, perusahaan tambang emas asal Amerika Serikat yang beroperasi di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara, kemudian PT Freeport, perusahaan tembaga, emas, dan perak yang beroperasi di dataran tinggi Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
Bagi yang tinggal di Sulawesi Selatan, masyarakat sudah lama mengenal pertambangan nikel di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, PT Vale, yang memiliki areal kontrak karya 190.513 hektar.
Vale pada awalnya bernama Companhia Vale do Rio Doce atau CVRD yang didirikan oleh Pemerintah Federal Brasil. Pada 1997 kemudian CVRD diprivatisasi oleh Brasil Consortium dan 10 tahun kemudian berubah nama menjadi Vale.
Vale saat ini memiliki area operasi, perkantoran, proyek eksplorasi dan joint ventures yang tersebar di lima benua. Perusahaan tambang terbesar kedua di dunia ini beroperasi di 38 negara dengan mempekerjakan 126.000 karyawan.
Pemegang saham Vale berasal dari berbagai penjuru dunia dan saham Vale diperdagangkan di bursa efek Sao Paulo New York, Hong Kong, Paris dan Madrid.
Karena itu kalau PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ingin mewujudkan visi sebagai World Class Engineering Company maka terlebih dahulu harus menguatkan infrastruktur, posisi pasar dan produksi domestik, setelah itu level Asia Tenggara baru kemudian ekspansi secara global.
Secara nasional revenue atau pendapatan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mengalami perkembangan signifikan. Pada 2013 ini telah membukukan laba sebesar Rp 5,3 triliun atau meningkat 10,8 persen bila dibandingkan dengan 2012 sebesar Rp 4,84 triliun. Sedangkan laba bersih per saham dasar meningkat dari Rp 817 menjadi Rp905.
Perseroan berhasil membukukan pendapatan Rp 24,5 triliun atau tumbuh 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp 19,5 triliun. Sedangkan total volume penjualan 27,81 juta ton, meningkat 27 persen dibandingkan 2012 sebesar 21,9 juta ton.
Pt Semen Indonesia (Persero) Tbk berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 31,8 juta ton atau naik 1,8 juta ton dari tahun sebelumnya. Semen Indonesia menargetkan kapasitas produksi mencapai 40 juta ton pada 2017.
Adapun penguasaan pasar semen nasional menjadi 44 persen atau market leader nasional melebihi PT Semen Andalas, PT Semen Baturaja, PT Indocement TP, PT Holcim Indonesia, PT Semen Bosowa dan PT Semen Kupang.
Kendati demikian pemain baru juga masih muncul. Perusahaan media Fajar Group di Makassar bekerjasama dengan investor dari Taiwan rencananya akan mendirikan pabrik semen di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan dengan investasi senilai Rp7 triliun.
Pendiri Fajar Group Alwi Hamu mengemukakan pihaknya masuk ke bisnis semen karena sumber daya alam yang masih tersedia dan kebutuhan semen dalam dalam negeri yang masih kekurangan 20 juta ton per tahun.
Sinergi
Manajemen PT Semen Tonasa yang berkantor di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, kini merasakan betul manfaat terbentuknya holding company (HoldCo) menjadi PT Semen Indonesia (Persero) dimana PT Semen Tonasa menjadi salah satu operational company (OpC0).
Situasi itu bertolak belakang dengan tuntutan pemisahan diri atau spin off PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa dari PT Semen Gresik. Saat itu pada 1995 pemerintah meminta Semen Padang dan Semen Tonasa menjadi anak perusahaan Semen Gresik untuk kepentingan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana.
Tuntutan tersebut kian kencang setelah PT Semen Gresik dibeli oleh perusahaan semen asal Meksiko, Cemex. Terlebih lagi dalam skenarionya terdapat rencana pemerintah untuk menjual mayoritas saham hingga 60 persen. Sementara itu Semen Padang berdiri di tanah ulayat sehingga sama saja menjual tanah ulayat ke Meksiko.
Direktur Utama PT Semen Tonasa, Unggul Attas, dalam testimoninya menceritakan saat itu dirinya selaku Ketua Serikat Pekerja PT Semen Indonesia telah mengerahkan ribuan massa ke DPR RI di Jakarta untuk menuntut spin off atau pemisahan dari PT Semen Gresik.
Kini manajemen PT Semen Tonasa bisa memaparkan sejumlah benefit atau keuntungan setelah Semen Tonasa bersinergi ke dalam holding PT Semen Indonesia.
Sejumlah keuntungan tersebut Pertama, ketersediaan spare part, selama ini spare part berasal dari impor yang memerlukan waktu untuk mendatangkannya sehingga bisa mengakibatkan pabrik berhenti beroperasi. Dengan bersinergi spare part bisa pinjam ke PT Semen Gresik atau PT Semen Padang.
Kedua, transfer teknologi, daripada mengundang pakar dari luar negeri dengan membayar dollar maka cukup menghubungi tenaga ahli dari PT Semen Padang atau PT Semen Gresik.
Ketiga, pemasaran, kalau distribusi produk PT Semen Tonasa ke Kawasan Timur Indonesia (KTI) berlebihan bisa dijual ke daerah distribusi PT Semen Gresik atau PT Semen Padang.
Keempat, efisiensi distribusi. Ongkos distribusi yang terlalu jauh bisa diisi oleh pabrik terdekat sehingga menghemat miliaran rupiah. Misalnya dulu pasar di Batam diisi oleh PT Semen Padang yang jauh lokasinya kemudian digantikan dari Tuban Jawa Timur sehingga menghemat Rp 50 miliar per tahun.
Sinergi holding company yang saling menguatkan akan menjadi tulang punggung dalam penguatan bisnis PT Semen Indonesia (Tbk) Persero menghadapi kompetitor.
Inovasi
Prof Rhenald Kasali PhD dalam buku "Jonan & Evolusi Kereta Api Indonesia" membedakan antara leader dan managers. Managers mengelola rutin, mengelola kebiasaan dengan sistem yang sama berulang-ulang. Sedangkan leader change ! adalah pemimpin mengubahnya, memperbaruinya dan pemimpin yang demikian hanya didapatkan dari orang yang memiliki self power.
Presiden Direktur PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Dr Ir Dwi Soetjipto termasuk leader change. Salah satu yang dilakukannya adalah menerapkan inovasi sebagai budaya perusahaan.
Salah satu inovasi yang sudah dilakukan PT Semen Gresik adalah dengan membuat sendiri alat kontrol lubrikasi. Alat tersebut sempat dipamerkan saat bedah buku karangan Dwi Soetjipto di Universitas Hasanuddin Makassar, Jumat (21/2) bersama inovasi dari PT Semen Tonasa dan PT Semen Padang.
Seksi Pemeliharaan Instrumentasi dan Sistem Kontrol RKC 1-2 PT Semen Indonesia, Achmad Sirrul Atho, ST mengatakan selama ini peralatan tersebut dibeli dari Jerman dengan harga sekitar 2.300 dollar AS atau setara dengan Rp28 juta, sedangkan dengan membuat peralatan sendiri hanya memerlukan biaya Rp3,6 juta sehingga menghemat Rp24 juta lebih.
Alat kontrol lubrikasi tersebut saat ini sudah dipasang pada empat titik di pabrik PT Semen Gresik 1, 2 dan 3 di Tuban, Jawa Timur.
Dewan juri yang terdiri pakar teknologi semen dan praktisi inovasi telah menempatkan inovasi alat kontrol lubrikasi sebagai juara kedua pada acara Semen Indonesia Award on Innovation (SMI-AI) yang digelar di Makassar, Kamis (20/2).
Achmad Sirrul Atho mengatakan alat kontrol lubrikasi ini dinilai memiliki trouble shooting yang mudah, spare part-nya mudah dan memiliki saving cost.
Berdasarkan pengalamannya alat impor justru tidak tahan panas, debu dan vibrasi, kemudian pengadaannya perlu waktu sedangkan pergantiannya membutuhkan waktu yang cepat.
Kalau peralatan pabrik rusak dan tidak segera diganti maka pabrik akan berhenti. Kalau pabrik berhenti maka kerugiannya akan lebih besar dari sisi saving cost.
Pada tahun 2013 ini panitia SMI-AI sudah menerima 221 proposal dengan potensi penghematan mencapai Rp 695 miliar.
Inovasi yang telah dilakukan ini dalam bahasa manajemen dinamakan debottlenecking yakni rekayasa rancang bangun dari unit yang telah ada agar kapasitasnya bisa ditingkatkan dari kapasitas desain awal.
Dalam pandangan Presiden Direktur PT Semen Indonesia, Dr Ir Dwi Soetjipto, inovasi tidak hanya dilakukan terhadap produk, namun bisa berupa inovasi proses dan inovasi mindset.
Ketika orang berbicara kalau bahan baku industri semen tidak bisa diperbarui atau renewable, Dwi Soetjipto sudah punya gagasan-gagasan bisnis baru seperti Semen Indonesia Properti, Semen Indonesia Logistik, Semen Indonesia Trading.
Doktor strategic management UI tersebut juga telah menyiapkan Universitas Semen Indonesia (USI) untuk mencapai World Class Engineering Company.
Sejarah korporasi telah membuktikan bahwa sebelum Nokia berjaya dalam industri ponsel ternyata awal mula core business-nya adalah industri sepatu boat.
General Electric (GE) yang selama ini dikenal sebagai produsen peralatan industri infrastruktur ternyata pendapatan atau revenue terbesar adalah dari sektor finansial.
Demikian pula dengan PT Vale tidak hanya berjaya menjadi pemimpin global dalam produksi nikel dan biji besi tetapi juga pembuatan baja, logistik seperti jalur kereta api, terminal pelabuhan dan ekspedisi laut, kemudian energi dengan membangun PLTA, pupuk dan batubara.
Saatnya manajemen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merealisasikan mimpi menjadi World Class Engineering Company dengan eksekusi dan terobosan-terobosan strategis.
Karena itu kalau PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ingin mewujudkan visi sebagai World Class Engineering Company maka terlebih dahulu harus menguatkan infrastruktur, posisi pasar dan produksi domestik, setelah itu level Asia Tenggara baru kemudian ekspansi secara global.
Secara nasional revenue atau pendapatan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mengalami perkembangan signifikan. Pada 2013 ini telah membukukan laba sebesar Rp 5,3 triliun atau meningkat 10,8 persen bila dibandingkan dengan 2012 sebesar Rp 4,84 triliun. Sedangkan laba bersih per saham dasar meningkat dari Rp 817 menjadi Rp905.
Perseroan berhasil membukukan pendapatan Rp 24,5 triliun atau tumbuh 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp 19,5 triliun. Sedangkan total volume penjualan 27,81 juta ton, meningkat 27 persen dibandingkan 2012 sebesar 21,9 juta ton.
Pt Semen Indonesia (Persero) Tbk berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 31,8 juta ton atau naik 1,8 juta ton dari tahun sebelumnya. Semen Indonesia menargetkan kapasitas produksi mencapai 40 juta ton pada 2017.
Adapun penguasaan pasar semen nasional menjadi 44 persen atau market leader nasional melebihi PT Semen Andalas, PT Semen Baturaja, PT Indocement TP, PT Holcim Indonesia, PT Semen Bosowa dan PT Semen Kupang.
Kendati demikian pemain baru juga masih muncul. Perusahaan media Fajar Group di Makassar bekerjasama dengan investor dari Taiwan rencananya akan mendirikan pabrik semen di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan dengan investasi senilai Rp7 triliun.
Pendiri Fajar Group Alwi Hamu mengemukakan pihaknya masuk ke bisnis semen karena sumber daya alam yang masih tersedia dan kebutuhan semen dalam dalam negeri yang masih kekurangan 20 juta ton per tahun.
Sinergi
Manajemen PT Semen Tonasa yang berkantor di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, kini merasakan betul manfaat terbentuknya holding company (HoldCo) menjadi PT Semen Indonesia (Persero) dimana PT Semen Tonasa menjadi salah satu operational company (OpC0).
Situasi itu bertolak belakang dengan tuntutan pemisahan diri atau spin off PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa dari PT Semen Gresik. Saat itu pada 1995 pemerintah meminta Semen Padang dan Semen Tonasa menjadi anak perusahaan Semen Gresik untuk kepentingan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana.
Tuntutan tersebut kian kencang setelah PT Semen Gresik dibeli oleh perusahaan semen asal Meksiko, Cemex. Terlebih lagi dalam skenarionya terdapat rencana pemerintah untuk menjual mayoritas saham hingga 60 persen. Sementara itu Semen Padang berdiri di tanah ulayat sehingga sama saja menjual tanah ulayat ke Meksiko.
Direktur Utama PT Semen Tonasa, Unggul Attas, dalam testimoninya menceritakan saat itu dirinya selaku Ketua Serikat Pekerja PT Semen Indonesia telah mengerahkan ribuan massa ke DPR RI di Jakarta untuk menuntut spin off atau pemisahan dari PT Semen Gresik.
Kini manajemen PT Semen Tonasa bisa memaparkan sejumlah benefit atau keuntungan setelah Semen Tonasa bersinergi ke dalam holding PT Semen Indonesia.
Sejumlah keuntungan tersebut Pertama, ketersediaan spare part, selama ini spare part berasal dari impor yang memerlukan waktu untuk mendatangkannya sehingga bisa mengakibatkan pabrik berhenti beroperasi. Dengan bersinergi spare part bisa pinjam ke PT Semen Gresik atau PT Semen Padang.
Kedua, transfer teknologi, daripada mengundang pakar dari luar negeri dengan membayar dollar maka cukup menghubungi tenaga ahli dari PT Semen Padang atau PT Semen Gresik.
Ketiga, pemasaran, kalau distribusi produk PT Semen Tonasa ke Kawasan Timur Indonesia (KTI) berlebihan bisa dijual ke daerah distribusi PT Semen Gresik atau PT Semen Padang.
Keempat, efisiensi distribusi. Ongkos distribusi yang terlalu jauh bisa diisi oleh pabrik terdekat sehingga menghemat miliaran rupiah. Misalnya dulu pasar di Batam diisi oleh PT Semen Padang yang jauh lokasinya kemudian digantikan dari Tuban Jawa Timur sehingga menghemat Rp 50 miliar per tahun.
Sinergi holding company yang saling menguatkan akan menjadi tulang punggung dalam penguatan bisnis PT Semen Indonesia (Tbk) Persero menghadapi kompetitor.
Inovasi
Prof Rhenald Kasali PhD dalam buku "Jonan & Evolusi Kereta Api Indonesia" membedakan antara leader dan managers. Managers mengelola rutin, mengelola kebiasaan dengan sistem yang sama berulang-ulang. Sedangkan leader change ! adalah pemimpin mengubahnya, memperbaruinya dan pemimpin yang demikian hanya didapatkan dari orang yang memiliki self power.
Presiden Direktur PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Dr Ir Dwi Soetjipto termasuk leader change. Salah satu yang dilakukannya adalah menerapkan inovasi sebagai budaya perusahaan.
Salah satu inovasi yang sudah dilakukan PT Semen Gresik adalah dengan membuat sendiri alat kontrol lubrikasi. Alat tersebut sempat dipamerkan saat bedah buku karangan Dwi Soetjipto di Universitas Hasanuddin Makassar, Jumat (21/2) bersama inovasi dari PT Semen Tonasa dan PT Semen Padang.
Seksi Pemeliharaan Instrumentasi dan Sistem Kontrol RKC 1-2 PT Semen Indonesia, Achmad Sirrul Atho, ST mengatakan selama ini peralatan tersebut dibeli dari Jerman dengan harga sekitar 2.300 dollar AS atau setara dengan Rp28 juta, sedangkan dengan membuat peralatan sendiri hanya memerlukan biaya Rp3,6 juta sehingga menghemat Rp24 juta lebih.
Alat kontrol lubrikasi tersebut saat ini sudah dipasang pada empat titik di pabrik PT Semen Gresik 1, 2 dan 3 di Tuban, Jawa Timur.
Dewan juri yang terdiri pakar teknologi semen dan praktisi inovasi telah menempatkan inovasi alat kontrol lubrikasi sebagai juara kedua pada acara Semen Indonesia Award on Innovation (SMI-AI) yang digelar di Makassar, Kamis (20/2).
Achmad Sirrul Atho mengatakan alat kontrol lubrikasi ini dinilai memiliki trouble shooting yang mudah, spare part-nya mudah dan memiliki saving cost.
Berdasarkan pengalamannya alat impor justru tidak tahan panas, debu dan vibrasi, kemudian pengadaannya perlu waktu sedangkan pergantiannya membutuhkan waktu yang cepat.
Kalau peralatan pabrik rusak dan tidak segera diganti maka pabrik akan berhenti. Kalau pabrik berhenti maka kerugiannya akan lebih besar dari sisi saving cost.
Pada tahun 2013 ini panitia SMI-AI sudah menerima 221 proposal dengan potensi penghematan mencapai Rp 695 miliar.
Inovasi yang telah dilakukan ini dalam bahasa manajemen dinamakan debottlenecking yakni rekayasa rancang bangun dari unit yang telah ada agar kapasitasnya bisa ditingkatkan dari kapasitas desain awal.
Dalam pandangan Presiden Direktur PT Semen Indonesia, Dr Ir Dwi Soetjipto, inovasi tidak hanya dilakukan terhadap produk, namun bisa berupa inovasi proses dan inovasi mindset.
Ketika orang berbicara kalau bahan baku industri semen tidak bisa diperbarui atau renewable, Dwi Soetjipto sudah punya gagasan-gagasan bisnis baru seperti Semen Indonesia Properti, Semen Indonesia Logistik, Semen Indonesia Trading.
Doktor strategic management UI tersebut juga telah menyiapkan Universitas Semen Indonesia (USI) untuk mencapai World Class Engineering Company.
Sejarah korporasi telah membuktikan bahwa sebelum Nokia berjaya dalam industri ponsel ternyata awal mula core business-nya adalah industri sepatu boat.
General Electric (GE) yang selama ini dikenal sebagai produsen peralatan industri infrastruktur ternyata pendapatan atau revenue terbesar adalah dari sektor finansial.
Demikian pula dengan PT Vale tidak hanya berjaya menjadi pemimpin global dalam produksi nikel dan biji besi tetapi juga pembuatan baja, logistik seperti jalur kereta api, terminal pelabuhan dan ekspedisi laut, kemudian energi dengan membangun PLTA, pupuk dan batubara.
Saatnya manajemen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merealisasikan mimpi menjadi World Class Engineering Company dengan eksekusi dan terobosan-terobosan strategis.